Pengkkajian muskuloskeletal
- Data Biografi
- Riwayat Perkembangan
- Riwayat Sosial
- Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Diet
- Aktivitas sehari-hari
- Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama (nyeri, kekakuan, deformitas, kelainan fungsi), Nyeri saat beraktivitas (sendi), nyeri setelah berjalan (degenerasi lutut), nyeri pada suhu dingin (OA), nyeri pada pagi hari (RA), Suhu dingin & kurang aktivitas meningkatkan kekakuan sendI
Pemeriksaan fisik
Otot :
- Inspeksi posisi, kekuatan dan koordinasi otot
- Palpasi tonus otot (ketegangan otot pada istirahat)
- Kaji massa otot (ukur lingkar paha, betis, lengan atas)
- Kaji kekuatan otot (skala 0-5)
Tulang :
1.
Inspeksi
·
Adanya abnormalitas/deformitas tulang
·
Kesejajaran kepala dengan tubuh
·
Kesejajaran scapula
·
Kuvtura spinal dan lumbal
2.
Palpasi :
·
Kesejajaran kepala dengan tubuh
·
Kesejajaran scapula
·
Kuvtura spinal dan lumbal
Sendi :
1.
Inspeksi:
·
adanya abnormalitas (adanya eritema, edema, efusi) atau deformitas pada
bentuk (kontraktur, dislokasi,
subluksasi)
2.
palpasi :
·
seluruh bagian sendi pada saat istirahat dan
bergerak (N: sendi bergerak secara halus)
·
adanya nyeri, peningkatan suhu (inflamasi),
krepitasi (permukaan sendi kurang rata), suara gemeltuk (adanya ligament yang
tergelincir diantara tonjolan tulang) pada sendi yang dikeluhkan
Penkajian tambahan :
CARA BERJALAN:
- Perhatikan kehalusan dan iramanya
- Setiap gerakan yang tidak teratur/ireguler dianggap tidak normal
§ kelainan
gaya berjalan: panjang ekstrimitas bawah asimiteris, keterbatasan gerak sendi,
gangguan neurologis (spastik hemiparese (stroke), propulsive (Parkinson’s),
scissors (cerebral palsy), wadding (hip dislocation), steppage (herniasi disc.
Lumbar, GBS, nerve damage
Pemeriksaan fisik lain
• Lasègue’s
Test (HNP problem)
• Thomas
Test (Test for Hip Problem)
• Trendelenburg
Test (Test for Hip Problem)
• Bulge
Test (Tests for Knee Problems) à
suspect small amounts of fluid
• Patellar
Ballottement (Tests for Knee Problems) à
suspect large amounts of fluid
·
Tonus
Otot
Terdapat regangan dalam satuan
tertentu antar otot, keadaan regangan inilah yang disebut dengan Tonus Otot.
Yang disebabkan oleh impuls yang terus dialirkan oleh serabut otot untuk
mempertahankan kontraksi. Jika keadaan tonus otot menurun maka dinamakan
hipotoni jika meningkat hipertoni. Adapun
pemeriksaan antara lain melalui palpasi, dan gerak pasif.
Mekanisme
Kerja Otot
Kontraksi otot terjadi karena adanya
rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian
rangsangan yang berutan. Diawali oleh rangsangan pertama yaitu Impuls yang akan
diperkuat oleh rangsangan kedua yaitu Asetikolin hingga menjadi Protein otot (Aktomiosin)
sehingga menghasilkan Kontraksi Otot tunggal pada serabut otot. Jika setelah
berkontraksi otot mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi kedua akan
diberikan hingga terjadi kontraksi tunggal yang kekuatannya sama dengan
kontraksi awal. Jika potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi
tambahan pada puncak kotraksi pertama. Inilah yang dinamakan penjumlahan
kontraksi. Bila otot diberikan rangsangan yang cepat, tetapi masih ada
relaksasi kedua rangsangannya akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus yang
tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi antara kedua rangsangan,
akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA MUSKULOSKELETAL
1. Sinar – X
Menggambarkan
kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X
multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang
diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan
adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan
rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk
mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang
sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan
atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik
pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang
radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau
penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau
pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus
dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi
ruangan tertutup tanpa penenang.
4. Angiografi
Pemeriksaan
sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam
arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang
dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji
perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang
akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien
dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada
tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan
hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai
apakah sirkulasinya adekuat.
5. Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan
teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter
vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering
digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6. Mielografi
Suatu
pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi
diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya
tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis
dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat
distribusinya
7. Arthrografi
Penyuntikkan
bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran
pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini
sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik
kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan
pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan mengalami
kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan
setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan
diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan
8. Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan
untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah
jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara
makroskopis terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan
musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel,
pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna
untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta
hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau
kecenderungan perdarahan.
9. Arthroskopi
Merupakan
prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi.
Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi
lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi
direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur
sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang
dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan
steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari
pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak
nyaman.
10. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan
derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus
tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan
empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan
nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11. Termografi
Mengukur
derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti
artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial
berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien
terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji
noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan
tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan
menggunakan alat densitometri.
14. Biopsi
Dilakukan
untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium
serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang
dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau
adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk
mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar