Rabu, 09 Desember 2015

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULO SKELETAL, TONUS OTOT, PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pengkkajian muskuloskeletal
  1. Data Biografi
  2. Riwayat Perkembangan
  3. Riwayat Sosial
  4. Riwayat Kesehatan Dahulu
  5. Riwayat Keluarga
  6. Riwayat Diet
  7. Aktivitas sehari-hari
  8. Riwayat Kesehatan Sekarang
  9. Keluhan Utama (nyeri, kekakuan, deformitas, kelainan fungsi), Nyeri saat beraktivitas (sendi), nyeri setelah berjalan (degenerasi lutut), nyeri pada suhu dingin (OA), nyeri pada pagi hari (RA), Suhu dingin & kurang aktivitas meningkatkan kekakuan sendI

Pemeriksaan fisik
Otot :
  •  Inspeksi posisi, kekuatan dan koordinasi otot
  •  Palpasi tonus otot (ketegangan otot pada istirahat)
  • Kaji massa otot (ukur lingkar paha, betis, lengan atas)
  • Kaji kekuatan otot (skala 0-5)

Tulang :
      1.       Inspeksi
·         Adanya abnormalitas/deformitas tulang
·         Kesejajaran kepala dengan tubuh
·         Kesejajaran scapula
·         Kuvtura spinal dan lumbal
      2.       Palpasi :
·         Kesejajaran kepala dengan tubuh
·         Kesejajaran scapula
·         Kuvtura spinal dan lumbal
Sendi :
      1.       Inspeksi:
·         adanya abnormalitas (adanya eritema,  edema, efusi) atau deformitas pada bentuk  (kontraktur, dislokasi, subluksasi)
      2.       palpasi :
·         seluruh bagian sendi pada saat istirahat dan bergerak (N: sendi bergerak secara halus)
·         adanya nyeri, peningkatan suhu (inflamasi), krepitasi (permukaan sendi kurang rata), suara gemeltuk (adanya ligament yang tergelincir diantara tonjolan tulang) pada sendi yang dikeluhkan

Penkajian tambahan :
CARA BERJALAN:
  • Perhatikan kehalusan dan iramanya
  • Setiap gerakan yang tidak teratur/ireguler dianggap tidak normal
§  kelainan gaya berjalan: panjang ekstrimitas bawah asimiteris, keterbatasan gerak sendi, gangguan neurologis (spastik hemiparese (stroke), propulsive (Parkinson’s), scissors (cerebral palsy), wadding (hip dislocation), steppage (herniasi disc. Lumbar, GBS, nerve damage


Pemeriksaan fisik lain
       Lasègue’s Test (HNP problem)
       Thomas Test (Test for Hip Problem)
       Trendelenburg Test (Test for Hip Problem)
       Bulge Test (Tests for Knee Problems) à suspect small amounts of fluid
       Patellar Ballottement (Tests for Knee Problems) à suspect large amounts of fluid



·         Tonus Otot
            Terdapat regangan dalam satuan tertentu antar otot, keadaan regangan inilah yang disebut dengan Tonus Otot. Yang disebabkan oleh impuls yang terus dialirkan oleh serabut otot untuk mempertahankan kontraksi. Jika keadaan tonus otot menurun maka dinamakan hipotoni jika meningkat hipertoni. Adapun  pemeriksaan antara lain melalui palpasi, dan gerak pasif.

Mekanisme Kerja Otot
            Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berutan. Diawali oleh rangsangan pertama yaitu Impuls yang akan diperkuat oleh rangsangan kedua yaitu Asetikolin hingga menjadi Protein otot (Aktomiosin) sehingga menghasilkan Kontraksi Otot tunggal pada serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi kedua akan diberikan hingga terjadi kontraksi tunggal yang kekuatannya sama dengan kontraksi awal. Jika potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kotraksi pertama. Inilah yang dinamakan penjumlahan kontraksi. Bila otot diberikan rangsangan yang cepat, tetapi masih ada relaksasi kedua rangsangannya akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus yang tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi antara kedua rangsangan, akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.

 

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA MUSKULOSKELETAL

1.         Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2.         CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3.         MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
4.         Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
5.         Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6.         Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya
7.         Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan
8.         Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.
9.         Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
10.     Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme   tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11.     Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12.     Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi  unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13.     Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
14.     Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah  memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar